PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN SAINS ABAD 20

Posted by Junari Sape Sabtu, 06 April 2013 0 komentar
Blogger Widgets
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Perkembangan sains tidak terlepas dari perkembangan teknologi, politik ekonomi, sosial dan filsafat di masyarakat. Demikian juga perkembangan sains pada abad ke-20. Sejarah mencatat terjadi perubahan yang besar pada abad ke dua puluh ini. Semua perubahan tersebut berkembang dari filsafat yang dianut oleh hampir di seluruh dunia di massa sebelumnya. Filsafat rasionalisme pada massa sebelum abad ke 20 telah mempengaruhi jiwa manusia menjadi pendewa rasio. Antara hati dan akal manusia yang tidak bertemu pada waktu itu telah menciptakan krisis multidimensional. Pada abad ini tercatat krisis yang luar biasa akibat dari sain dan teknologi yang dikembangkan manusia pendewa rasio. Diantaranya bencana nuklir, perang dunia, kelaparan, penyebaran penyakit dan sebaginya. Tetapi tidak jarang penemuan sains dan teknologi juga memberikan solusi bagi krisis tersebut. Pada makalah ini kami mencoba untuk menyajikan tinjuan perkembangan sains abad ke-20 serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Banyaknya materi yang harus disampaikan maka kami membetasi pada perkembangan sains biologi, kimia dan biokimia.

 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PERKEMBANGAN FILSAFAT ABAD KE-20
Filsafat yang berkembang sebelum abad ke-20 adalah rasionalisme yang sangat mendewakan rasio. Ahmad Tafsir (1990:257) menyebut filsafat abad ke-20 adalah filsafat pasca modern karena periode waktunya setelah abad modern. Ciri khas filsafat pasca modern adalah kritik terhadap filsafat modern.
Nieztche adalah tokoh pertama yang menyatakan ketidakpuasannya terhadap dominasi atau pendewasaan rasio pada tahun 1880-an. Menurutnya budaya barat pada waktu tersebut telah berada di pinggir jurang kehancuran karena terlalu mendewasakan rasio dan pada tahun 1990-an Capra menyatakan bahwa budaya barat telah hancur juga karena mendewakan rasio. Oleh karena itu filsafat pada abad ke-20 berusaha untuk mendekonstruksi filsafat rasionalisme. Bila hubungan antara hati dan akal telah diputuskan maka manusia akan memperoleh kenyataan bahwa pertanyaan tentang rumusan hidup ideal tidak akan pernah terjawab. Sikap mendewakan rasio mengakibatkan adanya kecenderungan untuk menyisihkan seluruh nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup. Mereka juga menolak adanya akhirat. Manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi. Manusia dipacu oleh situasi mekanistik yang diciptakannya sendiri sehingga kehilangan waktu merenungkan hidupnya dan alam semesta.
Menurut Capra dalam Ahmad Tafsir (1990:260) menyatakan pada awal dua dasawarsa terakhir abad ke-20 kita menemukan diri kita dalam suatu krisis global yang serius yaitu suatu krisis kompleks dan multidimensional yang segi-seginya menyentuh setiap aspek kehidupan kesehatan, kualitas lingkungan hidup, hubungan sosial, ekonomi, teknologi dan politik. Hal ini dapat dilihat munculnya krisis-krisis kemanusian di berbagai belahan dunia. Kelaparan dan munculnya kaum borjuis, imperialsme, kemiskinan, kolonialisme dan perjuangan kemerdekaan, kelaparan penyebaran penyakit serta peledakan nuklir yang mengakibatkan puluhan juta mansuia musnah merupakan gambaran nyata kondisi kejiwaan manusia saat itu.
Tiga dasawarsa terakhir menjelang berakhirnya abad ke-20, terjadi perkembangan baru yang mulai menyadari bahwa manusia selama ini salah dalam menjalani hidupnya. Di dunia ilmu muncul pandangan yang menggugat paradigma positivistik. Thomas Khun (1970) telah mengisaratkan adanya upaya pendobrakan tatkala ia mengatakan bahwa kebenaran ilmu bukanlah kebenaran sui generis (objektif).
Aliran fillsafat yang berkembang pada abad ke 20 ini banyak, diantaranya dua yang terkenal yaitu pragmanitsme dan filsafat eksistesialisme. Pragmatism dari William James (1842-1910). Pragmatisme menurut James adalah realitas sebagaimana kita mengetaui. Pragmatisme James menentang rasionalisme dalam filsafat. James memperluas ide pragmatismenya untuk diterapkan pada hasil-hasil praktis pada agama, moral dan kehidupan personal. Filsafat eksistesialisme dari Jean Paul Sartre (1905-1980\) yang menyatakan bahwa eksistensi manusia mendahului esensinya. Filsafat ini pun muncul akibat tekanan rasionalisme yang menjadikan keadaan dunia kacau pada saat tersebut.
Dari analisis filsafat dan sejarah kebudayaan kita mengetahui budaya barat disusun dengan menggunakan paradigma tunggal yaitu paradigma sains. (scientific paragidm). Untuk mengembangkan budaya sains paradigma ini sangat sesuai dan memadai tetapi untuk mengembangkan budaya dalam bidang seni dan etika paradigma ini tidak memadai. Paradigma sains hanya memamndang dunia dari segi-segi empiriknya saja.
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa filsafat yang berkembang pada abad ke 20 tidak puas terhadap rasionalsime sehingga harus didekonstruksi.

 B.     PERKEMBANGAN SAINS PADA ABAD KE-20
Perkembangan science di abad ke-20 sangat pesat. Tahun 1896, terdapat sekitar 50.000 orang yang melaksanakan tradisi sains dan tidak lebih dari 15.000 orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan pengetahuan dalam bidang sains. Enam puluh enam tahun kemudian yaitu di abad ke-20 setidaknya ada satu juta orang yang bekerja sebagai peneliti sains. Jumlah total seluruhnya termasuk yang bekerja di bidang industri, pemerintahan, dan pendidikan tidak dapat ditentukan secara akurat tetapi lebih dari dua juta orang yang terlibat dalam penelitian sains. (Bernald. 1981:714).
Perkembangan sains bukan hanya dalam jumlah orang yang terlibat, tetapi karakter sains dalam hubungannya dengan masyarakat pun berubah. Sains dalam pertumbuhannya tergantung pada industri dan pemerintah. Bahkan mulai memasuki dunia institusi pengajaran dan militer.
Ciri nyata lainnya dari trasnformasi ini adalah lokasi geografis. Tahun 1896 seluruh praktek sains dunia terpusat di Jerman, Inggris dan Prancis. Sisanya di Amerika dan Eropa dan hanya sedikit di Asia dan Africa. Tahun 1954, ketika sains di Jerman, Inggris, dan Prancis sangat berkembang meskipun tidak merata, pertumbuhannya jauh melebihi pertumbuhan sains di Amerika dan Uni soviet. Jepang dan India membuat kontribusi yang mendasar terhadap perkembangan sains dunia sejak permulaan abad ke-20. Kemerdekaan China menambah dimensi baru terhadap bangunan sains. Pola ini kemudian menyebar ke negara-asia lainnya seperti korean, vietnam, dan Indonesia.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sains abad ke dua puluh berkembang hampir di seluruh belahan dunia. Sains pada abad dua puluh bukan hanya milik para ilmuwan di perguruan tinggi dan lembaga penelitian tetapi sudah memasuki dunia ekonomi, sosial, pemerintahan dan militer. Sains sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam segala hal. Dalam perkembangan sains dapat dibedakan menjadi:
 1.      Perkembangan Sains Fisika Abad 20
a.          Dari Gravitasi ke Relativitas Khusus
Sampai dengan 300 tahun yang lalu, wajah Bumi dan peradabannya masih sangat kusam, menyedihkan bahkan menyeramkan. Buta aksara, angka kematian bayi yang sangat tinggi, usia harapan hidup yang pendek adalah beberapa yang membayangi kehidupan manusia. Perbudakan, penjajahan, penganiayaan atas sesama demi kepuasan tontonan yang menjadi bagian hiburan terjadi di bagian dunia yang justru relatif lebih beradab. Yang memiliki martabat hanyalah segelintir orang yang berada dalam istana dan memegang kekuasaan. Dalam keadaan seperti itulah, hidup Isaac Newton (1642-1727), meletakkan dasar-dasar penalaran ilmiah dari banyak disiplin ilmu, dan mempunyai andil yang sangat besar pada perkembangan ilmu serta pemikiran filsafat. Teori Gravitasi Newton mempersatukan teori gerakan linear lurus yang dikemukakan Galileo dengan gerakan linear dalam garis tertutup yang diajukan oleh Keppler. Hukum-hukum Mekanika Newton memberi inspirasi pada pembuatan alat-alat bantu sederhana dalam kehidupan manusia. Apalagi prinsip-prinsip mekanik Newton dipacu secara spektakuler oleh temuan mesin Uap oleh James Watt tahun 1765. Dengan dua pilar itu dunia memasuki dunia industri.  Selama dua abad para ilmuwan bersepakat bahwa Newton telah membuat garis besar system of the world. Sampai akhir abad ke-19, para ilmuwan telah memiliki gambaran komprehensif tentang bagaimana kerja dunia. Sejumlah orang besar telah menyelesaikan problem besar. Tugas penerus hanyalah mengisi detil, untuk menambah angka desimal selanjutnya. Seabad setelah Newton, matematikawan Perancis Lagrange (1736-1813) mengungkapkan pandangannya bahwa Newton adalah Jenius terbesar yang pernah ada, kita tak dapat menemukan lebih dari satu tatanan dunia yang mantap. Aleksander Pope secara khusus membuatkan sebait puisi untuknya. Karena merasa bisa menjelaskan segala sesuatu, fisika klasik tampaknya sudah tak punya prospek lagi. Tak ada lagi kejayaan disana. Bahkan guru Max Planck (1858 1947) sempat berujar Fisika sudah tamat riwayatnya dan sudah menjadi jalan buntu. Itulah sebabnya ia menganjurkan Planck untuk mendalami musik dan menjadi pianis konser. Tetapi Planck tetap memilih fisika dan dengan teori kuantumnya serta teori relativitas Einstein, meluluh lantakkan pondasi sistem Newtonian. Peralihan abad membawa krisis atau revolusi dalam fisika. Kedua teori itu telah menghadirkan paradigma baru. Menurut Thomas Khun, (Smolicz, 1984) pergeseran paradigma dibarengi oleh suatu revolusi pengetahuan. Sedemikian luasnya revolusi tersebut sehingga tampak abadi tidak tergantikan, Sistem Newton tampak menjadi seperti ilusi. Albert Eisnten memperlihatkan bahwa massa dapat dikonversi menjadi energi. Sehingga untuk Newton baru ini, Sir John Squire tergoda untuk menambahkan bait baru untuk puisi di atas. Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan alam pada abad ini jauh lebih kompleks dan lebih pesat daripada perkembangan dalam abad XIX, maka artikel ini hanya membahas teori yang terkenal pada abad ini yaitu Teori Relativitas Einstein, Teori Kuantum Planck, Kelistrikan, dan Radioaktivitas Becquerel.

b.         Teori Relativitas Einstein.
Cohen dalam Conny Semiawan (1988) berpendapat bahwa, baik untuk ilmuwan maupun non ilmuwan, relativitas melambangkan revolusi ilmu pada abad ke-20. Teori relativitas khusus yang dirilis Einstein tahun 1905 memperlihatkan bahwa hanya gerak relatif yang dapat diamati, bergantung dari gerakan pengamatnya. Teori ini berbicara tentang hukum fisika berlaku sama untuk semua pengamat selama mereka bergerak dengan kecepatan konstan pada arah yang tetap. Misalkan seseorang berdiri di peron stasiun kereta api dan melihat seseorang menggigit rotinya dua kali di dalam gerbong kereta yang berjalan. Bagi kita yang ada di peron, kita mengatakan ia menggigit di dua tempat berbeda. Namun bagi orang-orang yang ada dalam gerbong kereta, mereka mengatakan bahwa orang tersebut menggigit rotinya ditempat yang sama. Di sinilah relativitas bekerja. Teori relativitas khusus tidak cocok dengan teori gravitasi Newton yang menyatakan bahwa benda-benda tertarik satu sama lain dengan gaya yang bergantung pada jarak benda-benda itu. Artinya jika kita menggerakkan salah satu benda, maka seketika itu pula gaya yang bekerja akan berubah. Hal ini berarti bahwa efek gravitasi bergerak dengan kecepatan tak hingga, tidak seperti yang diperkirakan oleh teori relativitas khusus (yang menyatakan tak ada sesuatu yang bergerak lebih pesat dari kecepatan cahaya. Konsekuensi dari teori relativitas adalah ditinggalkannya ide-ide yang berkenaan dengan ruang dan waktu mutlak dan konsep eter yang menyerap ke semua tempat, yang waktu itu dianggap sebagai medium untuk perambatan cahaya dan semua bentuk radiasi elektromagnetik lainnya. Sepuluh tahun kemudian (1915), Einstein melengkapinya dengan Teori Relativitas Umum. Teori ini pada dasarnya berbicara tentang ruang alam semesta yang melengkung. Dalam teorinya yang baru ini, Einstein mengatakan bahwa gravitasi bukanlah merupakan gaya seperti gaya-gaya yang lainnya, namun dia menggambarkan gravitasi sebagai konsekuensi ruang-waktu yang tidak datar. Distribusi massa dan energi membuat ruang-waktu terpilin atau melengkung. Benda-benda seperti bumi tidak bergerak dalam orbit melengkung karena gaya yang disebut gravitasi, namun benda-benda itu mengikuti suatu lintasan dalam ruang melengkung.  Meskipun kedua teori itu sama-sama revolusioner, perhatian dunia lebih tertuju pada relativitas khusus karena adanya verifikasi ramalan pada teori umum, yaitu bahwa cahaya bintang yang melintas dekat matahari dibengkokkan oleh gravitasi matahari.
Pada mulanya tidak banyak ahli fisika yang dapat menerima teori relativitas khusus. Kesukarannya terutama bersifat konseptual meskipun juga terdapat rintangan eksperimental. Sedikit demi sedikit rintangan eksperimental dapat diatasi melalui Buchener dan Huppka. Sejak 1914-1916 terus menerus ditemukan berbagai bukti eksperimental yang mendukung teori relativitas.  Selain melalui eksperimen, teorinya sendiri mengalami rekonstruksi fundamental di tangan Hermann Minkowski yang mengajarkan matematika pada Einstein. Minkowski memperkenalkan konsep kesatuan ruang-waktu empat dimensi yang menggantikan konsep terpisah dari ruang tiga dimensi dan waktu yang satu dimensi. Ia juga membuktikan bahwa dari sudut pandang relativitas bahwa teori Gravitasi Newton yang tradisional tidak adekuat. Kontribusi Minkowski diakui oleh Einstein dengan mengatakan tanpa itu, teori relativitas umum barangkali tidak akan meninggalkan popoknya. Max Born menjumpai bahwa Teori Einstein baru dan revolusioner. Einstein memiliki keberanian untuk menantang filsafat Newton yang sudah mapan. Mengenai konsep tradisional ruang dan waktu. Ia memang mengakui kekuatan revolusi intelektual Einstein dan revolusinya di atas kertas, tetapi itu belumlah suatu revolusi dalam ilmu. Ide-ide baru dan cara berpikir yang baru itu masih harus dipelajari, diterima, diterapkan dan dijadikan basis dari keyakinan ilmuwan umumnya. Relativitas umum adalah revolusi Einstein yang kedua. Sebuah lompatan jauh ke depan yang meninggalkan banyak ahli fisika, justru pada waktu banyak dari mereka telah memihak kepada relativitas khusus. Sampai-sampai Max Planck yang merupakan pendukung relativitas khusus yang paling bersemangat, bertanya pada Eintein, Semuanya sudah hampir beres, mengapa anda mencari masalah lain? Einstein melakukan ini karena ia mengetahui bahwa relativitas khusus tidak lengkap, bahwa relativitas khusus tidak membahas percepatan dan gravitasi. Ide utama yang menggerakannya adalah sebuah pikiran sederhana, Jika orang jatuh bebas, ia tidak akan merasakan beratnya sendiri. Salah satu ciri intelektual teori relativitas umum yang spektakuler adalah reduksi kekuatan-kekuatan gravitasi Newton menjadi aspek-aspek lengkungan empat dimensi ruang dan waktu. Hal ini berarti bahwa relativitas umum menyiratkan terdapatnya kekeliruan atau kekurangan esensial selama itu. Einstein mendapatkan hadiah Nobel tahun 1921 sebagai penghargaan atas kerja kerasnya dalam bidang Fisika.

2.      Perkembangan Biologi  Abad Ke-20
Beberapa Perkembangan Sains Hayati Abad ke-20 dapat diungkap sebagai berikut:
a.       Genetika
Meskipun Hukum-hukum genetika Mendel telah ditemukan pada tahun 1866, namun hukum Mendel tersebut baru menarik perhatian orang setelah ditemukan kembali oleh tiga orang ilmuwan, yaitu Hugo De Vries (Belanda), Carl Erich Correns (Jerman) dan Erik Tschermak von Seysenegg (Austria) pada tahun 1900. Berikutnya, Walter S. Sutton dan T. Boveri secara terpisah pada 1902 mengembangkan riset tentang prilaku kromosom dalam pembelahan sel tubuh dan sel kelamin., dan mengemukakan adanya keterpautan gen (gen linkage). Istilah gen sendiri mula-mula digunakan oleh ahli genetika Denmark, Johansen pada 1906 sebagai nama bagi satuan pewarisan sifat yang dipostulatkan oleh Mendel. Menjelang 1940-an studi tentang genetika berkembang pesat dan pada waktu itu dipastikan bahwa pembawa faktor-faktor keturunan ialah kromosom dalam sel dan istilah gen digunakan untuk unit-unit pembawa faktor keturunan dalam kromosom. Pada 1940 dua orang ahli biologi Amerika, Beadle dan Tatum mengerjakan riset yang menghasilkan kesimpulan bahwa produksi suatu enzim ditentukan oleh ada tidaknya suatu gen tertentu. Dalam pekerjaannya tersebut, Beadle dan Tatum mereduksi peristiwa biologi menjadi peristiwa kimia. Pada tahun 1944 tiga orang ilmuwan Amerika, O.T. Avery, C.M. Mc. Leod dan M. Mc. Carty menunjukkan bahwa dalam bakteri pemindahan faktor keturunan dilakukan oleh DNA. Dalam penelitian mereka tersebut, ekstrak dari sel bakteri yang satu gagal men-transformasi sel bakteri lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen Hershey dan Chase kemudian membuktikan hal yang sama dengan menggunakan pencari jejak radioaktif (radioactive tracers). Misteri yang belum terpecahkan ketika itu adalah: bagaimanakah struktur DNA sehingga ia mampu bertugas sebagai materi genetik. Persoalan ini dijawab oleh Francis Harry Compton Crick dan koleganya James Dewey Watson berdasarkan hasil difraksi sinar-x DNA oleh Maurice Hugh Frederick Wilkins dan Rosalind Franklin. Kemudian hari, Crick, Watson, dan Wilkins mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini.
b.      Neo-Darwinisme
Pada tahun 1942 Julian Huxley menggabungkan teori evolusi Darwin dan genetika sebagai acuan dasar Neo-Darwinisme sistematis, yang disebutnya Sintesis Modern. Dalam hal ini mutasi dan kombinasi gen (unit hereditas) dipandang sebagai sumber utama variasi, dan keduanya mengalami proses acak yang tidak ada kaitannya dengan kebutuhan organisme. Para pendukung sintesis modern ini diantaranya adalah Ernst Mayr, Theodisius Dobzhansky dan Gaylord Simpson. Berbeda dengan Neo-Darwinisme yang telah berkembang sebelumnya, dimana perubahan evolusioner dalam dipandang sebagai hasil akumulasi bertahap dari perubahan-perubahan kecil, pada tahun 1970-an Stephen Jay Gould dan Niles Eldredge mengusulkan teori kesetimbangan bersela (punctuated equilibrium), di mana terdapat periode stabilitas yang panjang diselingi perubahan besar yang berlansung singkat. Teori ini dapat dianggap sebagai versi luas dari sintesis Neo-Darwinian. Pada perkembangan berikutnya, dalam kaitannya dengan sifat dan teori evolusi Darwin, muncul teori The Selfish Gene tentang gen yang mementingkan diri sendiri yang dikemukakan oleh Richard Dawkins pada tahun 1976 . Dawkins menggunakan istilah replikator untuk gen yang salah satu sifat paling mencoloknya adalah adanya persaingan antar replikator; dimana replikator yang paling menang akan menjadi replikator yang bertahan hidup dan terus menyelenggarakan proses replikasi yang akan menyangga kehidupan; sebuah proses yang mengingatkan pada teori seleksi alami Darwin.

3.      Perkembangan Biokimia abad ke-20
Mekanisme terang gelap pada teori fotosintesis yang telah ditemukan sebelumnya oleh von Mayer (1842), baru mendapatkan penjelasan memadai setelah Cornelis van Niel meneliti bakteri fotosintesis pada tahun 1931. Kesimpulan yang diperolehnya dari penelitian ini adalah bahwa oksigen yang dibebaskan dari proses fotosintesis bukan berasal dari karbondioksida tetapi berasal dari molekul air. Teori tentang fotosintesis ini kemudian disempurnakan oleh Richard Willstatter yang mengemukakan pendapatnya bahwa energi yang diperlukan untuk mereduksi karbondioksida berasal dari cahaya matahari yang diserap zat dalam tumbuhan yang berwarna hijau, yang terdiri atas dua senyawa yang hampir sama yaitu klorofil a dan klorofil b. Ia memperoleh hadiah Nobel tahun 1915 atas hasil penelitiannya tentang klorofil, karotenoida dan antosianin serta penggunaan kromatografi partisi untuk memurnikan senyawa-senyawa tersebut. Pada tahun 1920 Otto Heinrich Warburg (Jerman) bersama ayahnya Emil Warburg melakukan penelitian tentang pengukuran energi yang dibebaskan oleh suatu reaksi fotokimia. Di samping itu, Otto Warburg juga berjasa mengidentifikasi enzim derivat besi porfirin dan enzim-enzim lain yang berperan dalam respirasi sel. Berikutnya, pada tahun 1930 Hans Fischer (Jerman) berhasil menentukan rumus struktur klorofil. Antara tahun 1946-1953 Melvin Calvin (Amerika) melakukan penelitian untuk mengetahui zat antara yang dihasilkan oleh proses fotosintesis, sebelum terbentuk molekul gula atau glukosa dengan menggunakan perunut radiokarbon. Pada awal abad ke-20 studi tentang biokimia terutama diarahkan pada vitamin dan hormon. Kemudian dengan ditemukannya radiosiotop sebagai bahan perunut maka studi tentang fermentasi, metabolisme serta enzim dan genetika mendapat perhatian besar. Pada tahun 1912 Frederick Gowland Hopkins (Inggris) memperkenalkan konsep faktor makanan tambahan, selain makanan yang mengandung energi, dan protein atau mineral. Penelitiannya pada tahun 1906 dan 1907 menghasilkan penemuan asam amino esensial, berhasil mengisolasi triptofan dan glutation, serta melakukan penelitian mengenai asam laktat dan kaitannya dengan fungsi otot. Cassimir Funk (Polandia) menamai faktor makanan tambahan tersebut sebagai vitamin. Sebelumnya, Christian Eijkmann (Belanda) telah menemukan faktor antineuritik yang di kemudian hari dikenal dengan nama tiamin (vitamin B1). Karenanya, Hopkins dan Eijkman kemudian mendapatkan hadiah Nobel tahun 1929. Ahli biokimia lain, Richard Kuhn (Jerman) berhasil mengisolasi riboflavin (vitamin B2) yang membawanya memperoleh hadiah nobel pada tahun 1938.
Pada tahun 1907 Eduard Buchner mendapat hadiah nobel atas karyanya tentang proses fermentasi yang menghasilkan alkohol. Pada tahun 1904 Arthur Harden (Inggris) dan Young berhasil mengisolasi koenzim dari cairan ragi. Studi yang dilakukan Otto Fritz Meyerhoff (Jerman) menunjukkan bahwa koenzim yang terdapat pada proses fermentasi yang menghasilkan alkohol jugaterdapat dalam sel otot dan merupakan faktor penting dalam metabolisme karbohidrat. Bersama dengan Gustav Embden ia menjelaskan tentang penguraian gula fosfat beratom karbon 6 menjadi dua molekul beratom karbon 3, hingga menjadi asam piruvat. Rangkaian reaksi ini kemudian dinamakan jalur Embden-Meyerhoff. Berikutnya, James Batcheller Sumner (Amerika) berhasil memperoleh kristal urease pada tahun 1926. Pada tahun 1960 William H. Stein dan Stanford Moore (Amerika) berhasil untuk pertama kalinya menentukan urutan asam amino dari ribonuklease. Selanjutnya, pada tahun 1965 David C. Phillips (Inggris) berhasil pula menentukan struktur tiga dimensi dari lisozim. Pada tahun 1937 Albert Szent-Gyorgi, seorang ahli biokimia asal Hongaria memperoleh hadiah nobel atas penemuannya mengenai proses pembakaran dalam sistem biologi dengan perhatian khusus terhadap vitamin C serta asam fumarat. Penelitian ini dilakukannya pada tahun 1930 dan ia juga berhasil mengisolasi asam askorbat (vitamin C). Di samping itu juga, ia melakukan penelitian tentang jaringan otot serta metabolisme yang terjadi serta peranan ATP sebagai sumber energi. Penelitian tentang metabolisme yang menghasilkan energi dilakukan Krebbs pada tahun 1937, yang menyatakan adanya siklus metabolisme yang terdiri atas serangkaian reaksi kimia dalam sel yaitu pada mitokondria.


BAB III 
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari uraiau tersebut dapat disimpulkan bhwa :
1.      Filsafat yang berkembang pada abad ke 20 tidak puas terhadap rasionalsime sehingga harus didekonstruksi.
2.      Sains abad ke dua puluh berkembang hampir di seluruh belahan dunia. Sains pada abad dua puluh bukan hanya milik para ilmuwan di perguruan tinggi dan lembaga penelitian tetapi sudah memasuki dunia ekonomi, sosial, pemerintahan dan militer.
3.      Filsafat yang berkembang merupakan filsafat yang menentang filsafat rasionaslime
4.      Terbentuknya relasi sains dengan industri dan militer
5.      Perkembangan Sejarah dunia memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan sains fisika, biologi,  dan biokimia abad ke-20.
B.     SARAN
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman dan rekan-rekan sangat kami harapkan. Sekian dan terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu,


DAFTAR PUSTAKA
Bernald J. D. (1969). Science in History. Volume 3 The Natural Scences in Our Time. Cambridge: M.I.T Press.

Cambell. Reece Mitchell. (1999). Biology. Fifth Edition. Illinois: Addison Wesley Longman inc.

Dampier, W. C. (1936). A History of Science. New York : The McMillan. Co.

Darmodjo, Hendro. (1986). Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Karunika.

Khun Thomas. (1993). Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Purba, Michael. (1997). Ilmu Kimia untuk SMU. Jakarta: Erlangga.

Poedjiadi. S dan Poedjiadi. A. (2001). Kimia dari Zaman ke Zaman. Bandung: Yayasan Cendrawasih.

Pratiwi, dkk. (1996). Buku Penuntun Biologi SMU. Jakarta: Erlangga.
Tafsir, Ahmad. (2000). Filsafat Umum. Akal dan Hati Sejak Thales sampaii Capra. Bandung : Remaja Rosda Karya.

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN SAINS ABAD 20
Ditulis oleh Junari Sape
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://nary-junary.blogspot.com/2013/04/perkembangan-filsafat-dan-sains-abad-20.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Tutorial SEO dan Blog support Online Shop Tas Wanita - Original design by Bamz | Copyright of St Junari .