PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN SAINS ABAD 20
Sabtu, 06 April 2013
0
komentar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perkembangan
sains tidak terlepas dari perkembangan teknologi, politik ekonomi, sosial dan
filsafat di masyarakat. Demikian juga perkembangan sains pada abad ke-20.
Sejarah mencatat terjadi perubahan yang besar pada abad ke dua puluh ini. Semua
perubahan tersebut berkembang dari filsafat yang dianut oleh hampir di seluruh
dunia di massa sebelumnya. Filsafat rasionalisme pada massa sebelum abad ke 20
telah mempengaruhi jiwa manusia menjadi pendewa rasio. Antara hati dan akal
manusia yang tidak bertemu pada waktu itu telah menciptakan krisis
multidimensional. Pada abad ini tercatat krisis yang luar biasa akibat dari
sain dan teknologi yang dikembangkan manusia pendewa rasio. Diantaranya bencana
nuklir, perang dunia, kelaparan, penyebaran penyakit dan sebaginya. Tetapi
tidak jarang penemuan sains dan teknologi juga memberikan solusi bagi krisis
tersebut. Pada makalah ini kami mencoba untuk menyajikan tinjuan perkembangan
sains abad ke-20 serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Banyaknya materi
yang harus disampaikan maka kami membetasi pada perkembangan sains biologi,
kimia dan biokimia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERKEMBANGAN FILSAFAT ABAD KE-20
Filsafat
yang berkembang sebelum abad ke-20 adalah rasionalisme yang sangat
mendewakan rasio. Ahmad Tafsir (1990:257) menyebut filsafat abad ke-20 adalah
filsafat pasca modern karena periode waktunya setelah abad modern. Ciri khas filsafat
pasca modern adalah kritik terhadap filsafat modern.
Nieztche
adalah
tokoh pertama yang menyatakan ketidakpuasannya terhadap dominasi atau
pendewasaan rasio pada tahun 1880-an. Menurutnya budaya barat pada waktu
tersebut telah berada di pinggir jurang kehancuran karena terlalu mendewasakan
rasio dan pada tahun 1990-an Capra menyatakan bahwa budaya barat telah hancur
juga karena mendewakan rasio. Oleh karena itu filsafat pada abad ke-20 berusaha
untuk mendekonstruksi filsafat rasionalisme. Bila hubungan antara hati dan akal
telah diputuskan maka manusia akan memperoleh kenyataan bahwa pertanyaan
tentang rumusan hidup ideal tidak akan pernah terjawab. Sikap mendewakan rasio
mengakibatkan adanya kecenderungan untuk menyisihkan seluruh nilai dan norma
yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup. Mereka juga menolak
adanya akhirat. Manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi. Manusia
dipacu oleh situasi mekanistik yang diciptakannya sendiri sehingga kehilangan
waktu merenungkan hidupnya dan alam semesta.
Menurut
Capra dalam Ahmad Tafsir (1990:260) menyatakan pada awal dua dasawarsa terakhir
abad ke-20 kita menemukan diri kita dalam suatu krisis global yang serius yaitu
suatu krisis kompleks dan multidimensional yang segi-seginya menyentuh setiap
aspek kehidupan kesehatan, kualitas lingkungan hidup, hubungan sosial, ekonomi,
teknologi dan politik. Hal ini dapat dilihat munculnya krisis-krisis kemanusian
di berbagai belahan dunia. Kelaparan dan munculnya kaum borjuis, imperialsme,
kemiskinan, kolonialisme dan perjuangan kemerdekaan, kelaparan penyebaran
penyakit serta peledakan nuklir yang mengakibatkan puluhan juta mansuia musnah
merupakan gambaran nyata kondisi kejiwaan manusia saat itu.
Tiga
dasawarsa terakhir menjelang berakhirnya abad ke-20, terjadi perkembangan baru
yang mulai menyadari bahwa manusia selama ini salah dalam menjalani hidupnya.
Di dunia ilmu muncul pandangan yang menggugat paradigma positivistik. Thomas
Khun (1970) telah mengisaratkan adanya upaya pendobrakan tatkala ia mengatakan
bahwa kebenaran ilmu bukanlah kebenaran sui generis (objektif).
Aliran
fillsafat yang berkembang pada abad ke 20 ini banyak, diantaranya dua yang
terkenal yaitu pragmanitsme dan filsafat eksistesialisme. Pragmatism dari William
James (1842-1910). Pragmatisme menurut James adalah realitas sebagaimana
kita mengetaui. Pragmatisme James menentang rasionalisme dalam filsafat. James
memperluas ide pragmatismenya untuk diterapkan pada hasil-hasil praktis pada
agama, moral dan kehidupan personal. Filsafat eksistesialisme dari Jean Paul
Sartre (1905-1980\) yang menyatakan bahwa eksistensi manusia mendahului
esensinya. Filsafat ini pun muncul akibat tekanan rasionalisme yang menjadikan
keadaan dunia kacau pada saat tersebut.
Dari
analisis filsafat dan sejarah kebudayaan kita mengetahui budaya barat disusun
dengan menggunakan paradigma tunggal yaitu paradigma sains. (scientific
paragidm). Untuk mengembangkan budaya sains paradigma ini sangat sesuai dan
memadai tetapi untuk mengembangkan budaya dalam bidang seni dan etika paradigma
ini tidak memadai. Paradigma sains hanya memamndang dunia dari segi-segi
empiriknya saja.
Dari
uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa filsafat yang berkembang pada
abad ke 20 tidak puas terhadap rasionalsime sehingga harus didekonstruksi.
B. PERKEMBANGAN SAINS PADA ABAD KE-20
Perkembangan
science di abad ke-20 sangat pesat. Tahun 1896, terdapat sekitar 50.000 orang
yang melaksanakan tradisi sains dan tidak lebih dari 15.000 orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan pengetahuan dalam bidang sains. Enam
puluh enam tahun kemudian yaitu di abad ke-20 setidaknya ada satu juta orang
yang bekerja sebagai peneliti sains. Jumlah total seluruhnya termasuk yang
bekerja di bidang industri, pemerintahan, dan pendidikan tidak dapat ditentukan
secara akurat tetapi lebih dari dua juta orang yang terlibat dalam penelitian
sains. (Bernald. 1981:714).
Perkembangan sains
bukan hanya dalam jumlah orang yang terlibat, tetapi karakter sains dalam
hubungannya dengan masyarakat pun berubah. Sains dalam pertumbuhannya
tergantung pada industri dan pemerintah. Bahkan mulai memasuki dunia institusi
pengajaran dan militer.
Ciri
nyata lainnya dari trasnformasi ini adalah lokasi geografis. Tahun 1896 seluruh
praktek sains dunia terpusat di Jerman, Inggris dan Prancis. Sisanya di Amerika
dan Eropa dan hanya sedikit di Asia dan Africa. Tahun 1954, ketika sains di
Jerman, Inggris, dan Prancis sangat berkembang meskipun tidak merata,
pertumbuhannya jauh melebihi pertumbuhan sains di Amerika dan Uni soviet.
Jepang dan India membuat kontribusi yang mendasar terhadap perkembangan sains
dunia sejak permulaan abad ke-20. Kemerdekaan China menambah dimensi baru
terhadap bangunan sains. Pola ini kemudian menyebar ke negara-asia lainnya
seperti korean, vietnam, dan Indonesia.
Dari
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sains abad ke dua puluh
berkembang hampir di seluruh belahan dunia. Sains pada abad dua puluh bukan
hanya milik para ilmuwan di perguruan tinggi dan lembaga penelitian tetapi
sudah memasuki dunia ekonomi, sosial, pemerintahan dan militer. Sains sangat
mempengaruhi kehidupan manusia dalam segala hal. Dalam perkembangan sains dapat
dibedakan menjadi:
1. Perkembangan Sains Fisika Abad 20
a.
Dari Gravitasi ke Relativitas Khusus
Sampai dengan 300 tahun yang lalu, wajah Bumi dan
peradabannya masih sangat kusam, menyedihkan bahkan menyeramkan. Buta aksara,
angka kematian bayi yang sangat tinggi, usia harapan hidup yang pendek adalah
beberapa yang membayangi kehidupan manusia. Perbudakan, penjajahan,
penganiayaan atas sesama demi kepuasan tontonan yang menjadi bagian hiburan
terjadi di bagian dunia yang justru relatif lebih beradab. Yang memiliki
martabat hanyalah segelintir orang yang berada dalam istana dan memegang
kekuasaan. Dalam keadaan seperti itulah, hidup Isaac Newton (1642-1727),
meletakkan dasar-dasar penalaran ilmiah dari banyak disiplin ilmu, dan
mempunyai andil yang sangat besar pada perkembangan ilmu serta pemikiran
filsafat. Teori Gravitasi Newton mempersatukan teori gerakan linear lurus yang
dikemukakan Galileo dengan gerakan linear dalam garis tertutup yang diajukan
oleh Keppler. Hukum-hukum Mekanika Newton memberi inspirasi pada pembuatan
alat-alat bantu sederhana dalam kehidupan manusia. Apalagi prinsip-prinsip
mekanik Newton dipacu secara spektakuler oleh temuan mesin Uap oleh James Watt
tahun 1765. Dengan dua pilar itu dunia memasuki dunia industri. Selama dua abad para ilmuwan bersepakat bahwa
Newton telah membuat garis besar system of the world. Sampai akhir abad ke-19,
para ilmuwan telah memiliki gambaran komprehensif tentang bagaimana kerja
dunia. Sejumlah orang besar telah menyelesaikan problem besar. Tugas penerus
hanyalah mengisi detil, untuk menambah angka desimal selanjutnya. Seabad
setelah Newton, matematikawan Perancis Lagrange (1736-1813) mengungkapkan
pandangannya bahwa Newton adalah Jenius terbesar yang pernah ada, kita tak
dapat menemukan lebih dari satu tatanan dunia yang mantap. Aleksander Pope
secara khusus membuatkan sebait puisi untuknya. Karena merasa bisa menjelaskan
segala sesuatu, fisika klasik tampaknya sudah tak punya prospek lagi. Tak ada
lagi kejayaan disana. Bahkan guru Max Planck (1858 1947) sempat berujar Fisika
sudah tamat riwayatnya dan sudah menjadi jalan buntu. Itulah sebabnya ia
menganjurkan Planck untuk mendalami musik dan menjadi pianis konser. Tetapi
Planck tetap memilih fisika dan dengan teori kuantumnya serta teori relativitas
Einstein, meluluh lantakkan pondasi sistem Newtonian. Peralihan abad membawa
krisis atau revolusi dalam fisika. Kedua teori itu telah menghadirkan paradigma
baru. Menurut Thomas Khun, (Smolicz, 1984) pergeseran paradigma dibarengi oleh
suatu revolusi pengetahuan. Sedemikian luasnya revolusi tersebut sehingga
tampak abadi tidak tergantikan, Sistem Newton tampak menjadi seperti ilusi.
Albert Eisnten memperlihatkan bahwa massa dapat dikonversi menjadi energi.
Sehingga untuk Newton baru ini, Sir John Squire tergoda untuk menambahkan bait
baru untuk puisi di atas. Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan alam pada
abad ini jauh lebih kompleks dan lebih pesat daripada perkembangan dalam abad
XIX, maka artikel ini hanya membahas teori yang terkenal pada abad ini yaitu
Teori Relativitas Einstein, Teori Kuantum Planck, Kelistrikan, dan
Radioaktivitas Becquerel.
b.
Teori Relativitas Einstein.
Cohen dalam Conny Semiawan (1988) berpendapat bahwa, baik
untuk ilmuwan maupun non ilmuwan, relativitas melambangkan revolusi ilmu pada
abad ke-20. Teori relativitas khusus yang dirilis Einstein tahun 1905
memperlihatkan bahwa hanya gerak relatif yang dapat diamati, bergantung dari
gerakan pengamatnya. Teori ini berbicara tentang hukum fisika berlaku sama
untuk semua pengamat selama mereka bergerak dengan kecepatan konstan pada arah
yang tetap. Misalkan seseorang berdiri di peron stasiun kereta api dan melihat
seseorang menggigit rotinya dua kali di dalam gerbong kereta yang berjalan.
Bagi kita yang ada di peron, kita mengatakan ia menggigit di dua tempat
berbeda. Namun bagi orang-orang yang ada dalam gerbong kereta, mereka
mengatakan bahwa orang tersebut menggigit rotinya ditempat yang sama. Di
sinilah relativitas bekerja. Teori relativitas khusus tidak cocok dengan teori
gravitasi Newton yang menyatakan bahwa benda-benda tertarik satu sama lain
dengan gaya yang bergantung pada jarak benda-benda itu. Artinya jika kita
menggerakkan salah satu benda, maka seketika itu pula gaya yang bekerja akan
berubah. Hal ini berarti bahwa efek gravitasi bergerak dengan kecepatan tak
hingga, tidak seperti yang diperkirakan oleh teori relativitas khusus (yang
menyatakan tak ada sesuatu yang bergerak lebih pesat dari kecepatan cahaya. Konsekuensi
dari teori relativitas adalah ditinggalkannya ide-ide yang berkenaan dengan
ruang dan waktu mutlak dan konsep eter yang menyerap ke semua tempat, yang
waktu itu dianggap sebagai medium untuk perambatan cahaya dan semua bentuk
radiasi elektromagnetik lainnya. Sepuluh tahun kemudian (1915), Einstein
melengkapinya dengan Teori Relativitas Umum. Teori ini pada dasarnya berbicara
tentang ruang alam semesta yang melengkung. Dalam teorinya yang baru ini,
Einstein mengatakan bahwa gravitasi bukanlah merupakan gaya seperti gaya-gaya
yang lainnya, namun dia menggambarkan gravitasi sebagai konsekuensi ruang-waktu
yang tidak datar. Distribusi massa dan energi membuat ruang-waktu terpilin atau
melengkung. Benda-benda seperti bumi tidak bergerak dalam orbit melengkung
karena gaya yang disebut gravitasi, namun benda-benda itu mengikuti suatu
lintasan dalam ruang melengkung. Meskipun
kedua teori itu sama-sama revolusioner, perhatian dunia lebih tertuju pada
relativitas khusus karena adanya verifikasi ramalan pada teori umum, yaitu
bahwa cahaya bintang yang melintas dekat matahari dibengkokkan oleh gravitasi matahari.
Pada mulanya tidak banyak ahli fisika yang dapat menerima
teori relativitas khusus. Kesukarannya terutama bersifat konseptual meskipun
juga terdapat rintangan eksperimental. Sedikit demi sedikit rintangan
eksperimental dapat diatasi melalui Buchener dan Huppka. Sejak 1914-1916 terus
menerus ditemukan berbagai bukti eksperimental yang mendukung teori
relativitas. Selain melalui eksperimen,
teorinya sendiri mengalami rekonstruksi fundamental di tangan Hermann Minkowski
yang mengajarkan matematika pada Einstein. Minkowski memperkenalkan konsep
kesatuan ruang-waktu empat dimensi yang menggantikan konsep terpisah dari ruang
tiga dimensi dan waktu yang satu dimensi. Ia juga membuktikan bahwa dari sudut
pandang relativitas bahwa teori Gravitasi Newton yang tradisional tidak
adekuat. Kontribusi Minkowski diakui oleh Einstein dengan mengatakan tanpa itu,
teori relativitas umum barangkali tidak akan meninggalkan popoknya. Max Born
menjumpai bahwa Teori Einstein baru dan revolusioner. Einstein memiliki
keberanian untuk menantang filsafat Newton yang sudah mapan. Mengenai konsep tradisional
ruang dan waktu. Ia memang mengakui kekuatan revolusi intelektual Einstein dan
revolusinya di atas kertas, tetapi itu belumlah suatu revolusi dalam ilmu.
Ide-ide baru dan cara berpikir yang baru itu masih harus dipelajari, diterima,
diterapkan dan dijadikan basis dari keyakinan ilmuwan umumnya. Relativitas umum
adalah revolusi Einstein yang kedua. Sebuah lompatan jauh ke depan yang
meninggalkan banyak ahli fisika, justru pada waktu banyak dari mereka telah
memihak kepada relativitas khusus. Sampai-sampai Max Planck yang merupakan
pendukung relativitas khusus yang paling bersemangat, bertanya pada Eintein,
Semuanya sudah hampir beres, mengapa anda mencari masalah lain? Einstein
melakukan ini karena ia mengetahui bahwa relativitas khusus tidak lengkap,
bahwa relativitas khusus tidak membahas percepatan dan gravitasi. Ide utama
yang menggerakannya adalah sebuah pikiran sederhana, Jika orang jatuh bebas, ia
tidak akan merasakan beratnya sendiri. Salah satu ciri intelektual teori
relativitas umum yang spektakuler adalah reduksi kekuatan-kekuatan gravitasi
Newton menjadi aspek-aspek lengkungan empat dimensi ruang dan waktu. Hal ini
berarti bahwa relativitas umum menyiratkan terdapatnya kekeliruan atau
kekurangan esensial selama itu. Einstein mendapatkan hadiah Nobel tahun 1921
sebagai penghargaan atas kerja kerasnya dalam bidang Fisika.
2. Perkembangan Biologi Abad Ke-20
Beberapa Perkembangan
Sains Hayati Abad ke-20 dapat diungkap sebagai berikut:
a. Genetika
Meskipun Hukum-hukum genetika Mendel telah ditemukan pada
tahun 1866, namun hukum Mendel tersebut baru menarik perhatian orang setelah
ditemukan kembali oleh tiga orang ilmuwan, yaitu Hugo De Vries (Belanda), Carl
Erich Correns (Jerman) dan Erik Tschermak von Seysenegg (Austria) pada tahun
1900. Berikutnya, Walter S. Sutton dan T. Boveri secara terpisah pada 1902
mengembangkan riset tentang prilaku kromosom dalam pembelahan sel tubuh dan sel
kelamin., dan mengemukakan adanya keterpautan gen (gen linkage). Istilah gen
sendiri mula-mula digunakan oleh ahli genetika Denmark, Johansen pada 1906
sebagai nama bagi satuan pewarisan sifat yang dipostulatkan oleh Mendel.
Menjelang 1940-an studi tentang genetika berkembang pesat dan pada waktu itu
dipastikan bahwa pembawa faktor-faktor keturunan ialah kromosom dalam sel dan
istilah gen digunakan untuk unit-unit pembawa faktor keturunan dalam kromosom.
Pada 1940 dua orang ahli biologi Amerika, Beadle dan Tatum mengerjakan riset
yang menghasilkan kesimpulan bahwa produksi suatu enzim ditentukan oleh ada
tidaknya suatu gen tertentu. Dalam pekerjaannya tersebut, Beadle dan Tatum
mereduksi peristiwa biologi menjadi peristiwa kimia. Pada tahun 1944 tiga orang
ilmuwan Amerika, O.T. Avery, C.M. Mc. Leod dan M. Mc. Carty menunjukkan bahwa
dalam bakteri pemindahan faktor keturunan dilakukan oleh DNA. Dalam penelitian
mereka tersebut, ekstrak dari sel bakteri yang satu gagal men-transformasi sel
bakteri lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen
Hershey dan Chase kemudian membuktikan hal yang sama dengan menggunakan pencari
jejak radioaktif (radioactive tracers). Misteri yang belum terpecahkan ketika
itu adalah: bagaimanakah struktur DNA sehingga ia mampu bertugas sebagai materi
genetik. Persoalan ini dijawab oleh Francis Harry Compton Crick dan koleganya
James Dewey Watson berdasarkan hasil difraksi sinar-x DNA oleh Maurice Hugh
Frederick Wilkins dan Rosalind Franklin. Kemudian hari, Crick, Watson, dan
Wilkins mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini.
b. Neo-Darwinisme
Pada tahun 1942 Julian Huxley menggabungkan teori evolusi
Darwin dan genetika sebagai acuan dasar Neo-Darwinisme sistematis, yang
disebutnya Sintesis Modern. Dalam hal ini mutasi dan kombinasi gen (unit
hereditas) dipandang sebagai sumber utama variasi, dan keduanya mengalami
proses acak yang tidak ada kaitannya dengan kebutuhan organisme. Para pendukung
sintesis modern ini diantaranya adalah Ernst Mayr, Theodisius Dobzhansky dan
Gaylord Simpson. Berbeda dengan Neo-Darwinisme yang telah berkembang sebelumnya,
dimana perubahan evolusioner dalam dipandang sebagai hasil akumulasi bertahap
dari perubahan-perubahan kecil, pada tahun 1970-an Stephen Jay Gould dan Niles
Eldredge mengusulkan teori kesetimbangan bersela (punctuated equilibrium), di
mana terdapat periode stabilitas yang panjang diselingi perubahan besar yang
berlansung singkat. Teori ini dapat dianggap sebagai versi luas dari sintesis
Neo-Darwinian. Pada perkembangan berikutnya, dalam kaitannya dengan sifat dan
teori evolusi Darwin, muncul teori The Selfish Gene tentang gen yang
mementingkan diri sendiri yang dikemukakan oleh Richard Dawkins pada tahun 1976
. Dawkins menggunakan istilah replikator untuk gen yang salah satu sifat paling
mencoloknya adalah adanya persaingan antar replikator; dimana replikator yang
paling menang akan menjadi replikator yang bertahan hidup dan terus
menyelenggarakan proses replikasi yang akan menyangga kehidupan; sebuah proses
yang mengingatkan pada teori seleksi alami Darwin.
3. Perkembangan Biokimia abad ke-20
Mekanisme
terang gelap pada teori fotosintesis yang telah ditemukan sebelumnya oleh von
Mayer (1842), baru mendapatkan penjelasan memadai setelah Cornelis van Niel
meneliti bakteri fotosintesis pada tahun 1931. Kesimpulan yang diperolehnya
dari penelitian ini adalah bahwa oksigen yang dibebaskan dari proses
fotosintesis bukan berasal dari karbondioksida tetapi berasal dari molekul air.
Teori tentang fotosintesis ini kemudian disempurnakan oleh Richard Willstatter
yang mengemukakan pendapatnya bahwa energi yang diperlukan untuk mereduksi
karbondioksida berasal dari cahaya matahari yang diserap zat dalam tumbuhan
yang berwarna hijau, yang terdiri atas dua senyawa yang hampir sama yaitu
klorofil a dan klorofil b. Ia memperoleh hadiah Nobel tahun 1915 atas hasil
penelitiannya tentang klorofil, karotenoida dan antosianin serta penggunaan
kromatografi partisi untuk memurnikan senyawa-senyawa tersebut. Pada tahun 1920
Otto Heinrich Warburg (Jerman) bersama ayahnya Emil Warburg melakukan
penelitian tentang pengukuran energi yang dibebaskan oleh suatu reaksi
fotokimia. Di samping itu, Otto Warburg juga berjasa mengidentifikasi enzim
derivat besi porfirin dan enzim-enzim lain yang berperan dalam respirasi sel.
Berikutnya, pada tahun 1930 Hans Fischer (Jerman) berhasil menentukan rumus
struktur klorofil. Antara tahun 1946-1953 Melvin Calvin (Amerika) melakukan
penelitian untuk mengetahui zat antara yang dihasilkan oleh proses
fotosintesis, sebelum terbentuk molekul gula atau glukosa dengan menggunakan
perunut radiokarbon. Pada awal abad ke-20 studi tentang biokimia terutama
diarahkan pada vitamin dan hormon. Kemudian dengan ditemukannya radiosiotop
sebagai bahan perunut maka studi tentang fermentasi, metabolisme serta enzim
dan genetika mendapat perhatian besar. Pada tahun 1912 Frederick Gowland
Hopkins (Inggris) memperkenalkan konsep faktor makanan tambahan, selain makanan
yang mengandung energi, dan protein atau mineral. Penelitiannya pada tahun 1906
dan 1907 menghasilkan penemuan asam amino esensial, berhasil mengisolasi
triptofan dan glutation, serta melakukan penelitian mengenai asam laktat dan
kaitannya dengan fungsi otot. Cassimir Funk (Polandia) menamai faktor makanan
tambahan tersebut sebagai vitamin. Sebelumnya, Christian Eijkmann (Belanda)
telah menemukan faktor antineuritik yang di kemudian hari dikenal dengan nama
tiamin (vitamin B1). Karenanya, Hopkins dan Eijkman kemudian mendapatkan hadiah
Nobel tahun 1929. Ahli biokimia lain, Richard Kuhn (Jerman) berhasil
mengisolasi riboflavin (vitamin B2) yang membawanya memperoleh hadiah nobel
pada tahun 1938.
Pada
tahun 1907 Eduard Buchner mendapat hadiah nobel atas karyanya tentang proses
fermentasi yang menghasilkan alkohol. Pada tahun 1904 Arthur Harden (Inggris)
dan Young berhasil mengisolasi koenzim dari cairan ragi. Studi yang dilakukan
Otto Fritz Meyerhoff (Jerman) menunjukkan bahwa koenzim yang terdapat pada
proses fermentasi yang menghasilkan alkohol jugaterdapat dalam sel otot dan
merupakan faktor penting dalam metabolisme karbohidrat. Bersama dengan Gustav
Embden ia menjelaskan tentang penguraian gula fosfat beratom karbon 6 menjadi
dua molekul beratom karbon 3, hingga menjadi asam piruvat. Rangkaian reaksi ini
kemudian dinamakan jalur Embden-Meyerhoff. Berikutnya, James Batcheller Sumner
(Amerika) berhasil memperoleh kristal urease pada tahun 1926. Pada tahun 1960
William H. Stein dan Stanford Moore (Amerika) berhasil untuk pertama kalinya
menentukan urutan asam amino dari ribonuklease. Selanjutnya, pada tahun 1965
David C. Phillips (Inggris) berhasil pula menentukan struktur tiga dimensi dari
lisozim. Pada tahun 1937 Albert Szent-Gyorgi, seorang ahli biokimia asal
Hongaria memperoleh hadiah nobel atas penemuannya mengenai proses pembakaran
dalam sistem biologi dengan perhatian khusus terhadap vitamin C serta asam
fumarat. Penelitian ini dilakukannya pada tahun 1930 dan ia juga berhasil
mengisolasi asam askorbat (vitamin C). Di samping itu juga, ia melakukan
penelitian tentang jaringan otot serta metabolisme yang terjadi serta peranan
ATP sebagai sumber energi. Penelitian tentang metabolisme yang menghasilkan
energi dilakukan Krebbs pada tahun 1937, yang menyatakan adanya siklus
metabolisme yang terdiri atas serangkaian reaksi kimia dalam sel yaitu pada
mitokondria.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari uraiau tersebut
dapat disimpulkan bhwa :
1. Filsafat
yang berkembang pada abad ke 20 tidak puas terhadap rasionalsime sehingga harus
didekonstruksi.
2.
Sains
abad ke dua puluh berkembang hampir di seluruh belahan dunia. Sains pada abad
dua puluh bukan hanya milik para ilmuwan di perguruan tinggi dan lembaga
penelitian tetapi sudah memasuki dunia ekonomi, sosial, pemerintahan dan
militer.
3.
Filsafat
yang berkembang merupakan filsafat yang menentang filsafat rasionaslime
4.
Terbentuknya
relasi sains dengan industri dan militer
5.
Perkembangan
Sejarah dunia memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan
sains fisika, biologi, dan biokimia abad
ke-20.
B.
SARAN
Kami menyadari bahwa
makalah yang kami buat ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari teman-teman dan rekan-rekan sangat kami harapkan. Sekian dan
terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatu,
DAFTAR PUSTAKA
Bernald
J. D. (1969). Science in History. Volume 3 The Natural Scences in Our
Time. Cambridge: M.I.T Press.
Cambell.
Reece Mitchell. (1999). Biology. Fifth Edition. Illinois: Addison Wesley
Longman inc.
Dampier, W. C. (1936). A
History of Science. New York : The McMillan. Co.
Darmodjo, Hendro. (1986). Filsafat
Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Karunika.
Khun
Thomas. (1993). Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Purba, Michael. (1997). Ilmu
Kimia untuk SMU. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi.
S dan Poedjiadi. A. (2001). Kimia dari Zaman ke Zaman. Bandung: Yayasan
Cendrawasih.
Pratiwi, dkk. (1996). Buku Penuntun Biologi SMU.
Jakarta: Erlangga.
Tafsir,
Ahmad. (2000). Filsafat Umum. Akal dan Hati Sejak Thales sampaii Capra.
Bandung : Remaja Rosda Karya.TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN SAINS ABAD 20
Ditulis oleh Junari Sape
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://nary-junary.blogspot.com/2013/04/perkembangan-filsafat-dan-sains-abad-20.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Junari Sape
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar