Makalah : SUMBANGAN ISLAM DALAM FISIKA
Sabtu, 06 April 2013
0
komentar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu
pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia.
Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya,
seperti bulan, bintang, dan matahari. Bahkan ingin tahu tentang dirinya
sendiri.
Ilmu pengetahuan abad ke-20 telah
mengubah segalanya, kemajuan- kemajuan serupa itu sebenarnya telah
terjadi di masa-masa sebelumnya. Salah satunya terjadi kira-kira tahun 2500 SM,
ketika ”Stonehenge’’ didirikan di Inggris dan ‘’Piramida’’ dibangun di Mesir.
Kedua monument ini menyatukan gagasan astronomis dan religius yang kecanggihannya
tidak sepenuhnya di ketahui hingga abad ini. Penyelidikan mendalam tentang
Stonehenge dan piramida-piramida tersebut mengungkap pengetahuan matematika
yang mengejutkan. Orang yang membangun kedua monumen ini telah memahami
istilah-istilah praktis yang paling sederhana tentang hubungan antara dua sisi
tegak dengan sisi miring dari segitiga siki-siku yang tertentu. Dengan kata
lain mereka telah memahami dasar dari apa yang kita kenal sebagai dalil
Pythagoras sekitar 2000 tahun sebelum Pythagoras lahir.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
lainnya juga mengungkapkan tentang peranan dunia islam di dalamnya. Sekitar
abad ke 7 M. pada zaman Bani Umayyah, orang islam menemukan cara pengamatan
astronomi. Kemudian pada tahun 825 M. M. AL-khawarizmi telah menyusun
buku aljabar yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa.
BAB II
PEMBAHASAN
SUMBANGAN ISLAM DALAM
FISIKA
1.
Sumbangan
Islam Terhadap Perkembangan Ilmu Fisika
Kaum muslimin meyakini bahwa semua ilmu
pengetahuan berasal dari Allah. dan Al-Qur'an merupakan Kalamullah.Pengetahuan
tentang zat, energi, ruang waktu dan interaksi benda-benda di alam ini sering
disebut dengan fisika. Untuk ilusterasi ada 3 contoh disini :
a. Teori bahwa bumilah yang pusat tata
surya (geosentris), bahkan alam semesta , karena di Al Qur'an tidak pernah
menyebutkan ada ayat menyatakan bumi beredar, tetapi matahari, bulan, dan
bintanglah yg beredar (QS 13:2, 14:33). Teori ini bahkan didukung seorang
syeikh terkemuka dari Arab Saudi, yg memfatwakan bahwa percaya kepada teori
heliosentris bisa menjerumuskan pada kemusrikan.
b. Teori bahwa besi magnet dapat digunakan
sebagai pembangkit energi yg tak ada habisnya, dengan dalil QS 57:25 yang
menyatakan bahwa Allah menciptakan besi yg di dalamnya terdapat kekuatan yang
hebat, yang ia tafsirkan sebagai energi.
c. Teori 7 lapis atmosfir, karena
dikatakan hujan turun dari langit QS 35:27 sedangkan Allah menciptakan tujuh
langit QS 41:12, sehingga hujan itu terjadi pada lapis langit pertama.
Dengan melihat teori dan klaim tersebut,
sepertinya mereka mengulang apa yg pernah dilakukan kaum mutakalimin (Pencipta
filsafat) di amsa lalu, yg mencari-cari suatu kesimpulan hanya berdasarkan
asumsi, sekalipun asumsi itu berasal dari suatu ayat Qur'an yg ditafsirkan
secara subyektif.Tentu saja, cara berpikir mutakalimin seperti ini tidak pernah
menghasilkan terobosan ilmiah yang hakiki, apalagidapat dipakai untuk keperluan
praktis.
Para fisikawan muslim pada masa kemasan
Islam adalah orang-orang yang dididik dari awal dengan aqidah Islam, rata2
mereka hapal Qur'an sebelum baligh.Mereka sagat memahami bahwa alam memiliki
hukum-hukumnya yang obyektif, yang dapat terungkap sendiri pada mereka yag
sabar melakukan pengamatan dan penelitian dengan sangat cermat.
Ibnu Al-Haytsam (al-Hazen) adalah
pioner modern ketika menerbitkan bukunya pada tahun 1021 M.Dia menemukan bahwa
proses melihat adalah jatuhnya cahaya ke mata, bukan karena sorot mata
sebagaimana diyakini orang sejak zaman Aristoteles.Dalam kitabnya Al-Haytsam
menunjukkan berbagai cara untuk membuat teropong dan juga kamera sederhana
(Camera obscura).
Perlu diketahui bahwa al-haytsam
melakukan eksperimen optiknya pada saat ia mengalami tahanan rumah, setelah
gagal memenuhi tugas Amir Mesir untuk mewujudkan proyek bendungan sungai Nil.Dia
baru dilepas setelah penemuan optiknya dinilai impas untuk investasi yg telah
dikeluarkan sang Amir.
Ibn al-Haytsam juga memulai suatu
tradisi metode ilmiah untuk menguji sebuah hipotesis, 600 tahun mendahului Rene
Descartes yg dianggap bapak metode ilmiah eropa di zaman rennaisance.Metode
ilmiah Ibn al-haytsam dimulai dari pengamatan empiris, perumusan masalah,
formulasi hipotesisi,uji hipotesis,dgn eksperimen,analisis hasil
eksperimen,interprestasi data dan formulasi kesimpulan, dan diakhiri dengan publikasi.
Publikasi kemudaian dinilai dengan
peer-review yg memungkinkan setiap orang melacakdan bila perlu mengulangiapa yg
dikerjakan seorang peneliti.Proses peer review telah mjd tradisi dalam dunia
medis sejak Ishaq bin Ali al Rahwi (854-931 M) Ibnu Sina atau Avecenna
(980-1037 M) setuju bahwa kecepatan cahaya pasti terbatas.Abu Rayhan al-Biruni
(973-1048) juga menemukan bahwa cahaya jauh lebih cepat dari suara. Qutubuddin
al-Syirazi (1236-1320) dan Kamaluddin al-Farisi (1260-1320) memberi penjelasan
pertama yang benar pada fenomena pelangi.
”Fisikawan
terbesar sepanjang sejarah.” Begitulah Charles C Jilispe, editor Dictionary
of Scientyfic Bibliography menjuluki saintis Muslim, al-Khazini. Para
sejarawan sains menempatkan saintis kelahiran Bizantium alias Yunani itu dalam
posisi yang sangat terhormat. Betapa tidak, ilmuwan Muslim yang berjaya di abad
ke-12 M – tepatnya 1115-1130 M – itu telah memberi kontribusi yang sangat besar
bagi perkembangan sains modern, terutama dalam fisika dan astronomi. al-Khazini
merupakan saintis Muslim serbabisa yang menguasai astronomi, fisika, biologi,
kimia, matematika serta filsafat.
Sederet
buah pikir yang dicetuskannya tetap abadi sepanjang zaman. al-Khazini merupakan
ilmuwan yang mencetuskan beragam teori penting dalam sains seperti: metode
ilmiah eksperimental dalam mekanik; energi potensial gravitasi; perbedaan daya,
masa dan berat; serta jarak gravitasi.
“Teori
keseimbangan hidrostatis yang dicetuskannya telah mendorong penciptaan
peralatan ilmiah. al-Khazini adalah salah seorang saintis terbesar sepanjang
masa,” ungkap Robert E Hall (1973) dalam tulisannya berjudul ”al-Khazini” yang
dimuat dalam A Dictionary of Scientific Biography Volume VII.
Sejatinya,
al-Khazini bernama lengkap Abdurrahman al-Khazini. Menurut Irving M Klotz,
dalam tulisannya bertajuk “Multicultural Perspectives in Science Education:
One Prescription for Failure”, sang ilmuwan hidup di abad ke-12 M. ”Dia
berasal dari Bizantium atau Yunani,” tutur Klotz. al-Khazini menjadi budak Dinasti
Seljuk Turki, setelah kerajaan Islam itu menaklukkan wilayah kekuasaan Kaisar
Konstantinopel, Romanus IV Diogenes.
Al-Khazini
kemudian dibawa ke Merv, sebuah metropolitan terkemuka pada Abad ke-12 M. Merv
berada di Persia dan kini Turkmenistan. Sebagai seorang budak, nasib al-Khazini
sungguh beruntung. Oleh tuannya yang bernama al-Khazin, ia diberi pendidikan
sang sangat baik. Ia diajarkan matematika dan filsafat.
Tak
cuma itu, al-Khazini juga dikirimkan untuk belajar pada seorang ilmuwan dan
penyair agung dari Persia bernama Omar Khayyam. Dari sang guru, dia mempelajari
sastra, metematika, astronomi dan filsafat. Menurut Boris Rosenfeld (1994)
dalam bukunya “Abu’l-Fath Abd al-Rahman al-Khazini, saat itu Omar
Khayyam juga menetap di kota Merv.Berbekal otak yang encer, al-Khazini pun
kemudian menjelma menjadi seorang ilmuwan berpengaruh. Ia menjadi seorang
matematikus terpandang yang langsung berada di bawah perlindungan, Sultan Ahmed
Sanjar, penguasa Dinasti Seljuk. Sayangnya, kisah dan perjalanan hidup
al-Khazini tak banyak terekam dalam buku-buku sejarah.
Salah
Zaimeche PhD (2005) dalam bukunya berjudul Merv menuturkan, al-Khazini
adalah seorang ilmuwan yang bersahaja. Meski kepandaiannya sangat dikagumi dan
berpengaruh, ia tak silau dengan kekayaan. Menurut Zaimeche, al-Khazini sempat
menolak dan mengembalikan hadiah sebesar 1.000 keping emas (dinar) dari seorang
istri Emir Seljuk. ”Ia hanya merasa cukup dengan uang tiga dinar dalam
setahun,” papar Zaimeche.
Para sejarawan sains mengungkapkan, pemikiran-pemikiran
al-Khazini sangat dipengaruhi oleh sejumlah ilmuwan besar seperti Aristoteles,
Archimedes, Al-Quhi, Ibnu Haitham atau Alhacen, al-Biruni serta Omar Khayyam.
Selain itu, pemikiran al-Khazini juga sangat berpengaruh bagi pengembangan
sains di dunia Barat dan Islam. Salah satu ilmuwan Barat yang banyak
terpengaruh al-Khazini adalah Gregory Choniades – astronom Yunani yang
meninggal pada abad ke-13 M.
1. Pemikiran
Kontribusi penting lainnya yang diwariskan al-Khazini dalam bidang
fisika adalah kitab Mizan al-Hikmah atau Balance of Wisdom. Buku
yang ditulisnya pada 1121 M itu mengungkapkan bagian penting fisika Islam.
Dalam buku itu, al-Khazini menjelaskan sacara detail pemikiran dan teori yang
diciptakannya tentang keseimbangan hidrostatika, konstruksi dan kegunaan, serta
teori statika atau ilmu keseimbangan dan hidrostatika.
Selain menjelaskan pemikirannya tentang teori-terori itu, al-Khazani
juga menguraikan perkembangan ilmu itu dari para pendahulu serta ilmuwan yang
sezaman dengannya. Dalam bukunya itu, al-Khazini juga menjelaskan beberapa
peralatan yang diciptakan ilmuwan pendahulunya seperti araeometer buatan Pappus
serta pycnometer flask yang diciptakan al-Biruni.
Buku itu dinilai Nasr sebagai sebuah karya ilmiah Muslim yang paling
esensial tentang mekanika dan hidrostatika, dan terutama studi mengenai pusat
gravitasi. Dalam buku itu pula, al-Khazini mengupas prinsip keseimbangan
hidrostatis dengan tingkat ketelitian obyek sampai ukuran mikrogram (10-6 gr),
suatu level ketelitian yang menurut K Ajram dalam The Miracle of Islamic
Science hanya tercapai pada abad ke 20 M. Al-Biruni and al-Khazini
merupakan dua ilmuwan Muslim yang pertama kali mengembangkan metode ilmiah
dalam bidang ilmu keseimbangan atau statika dan dinamika. Metode itu
dikembangkan untuk menentukan berat yang didasarkan pada teori kesembangan dan
berat. Al-Khazini dan ilmuwan pendahulunya menyatukan ilmu statika dan dinamika
ke dalam ilmu baru bernama mekanika.
Al-Khazini wafat pada abad ke-12 M. Meski begitu, pemikiran-pemikiran
yang telah diwariskannya bagi peradaban dunia hingga kini masih tetap abadi dan
dikenang. heri ruslan/desy susilawati
2. Sumbangan Sang Ilmuwan
Al-Khazini sungguh luar biasa. Ilmuwan Muslim dari abad ke-12 M itu tak
hanya mencetuskan sejumlah teori penting dalam fisika dan astronomi. Namun, dia
juga berhasil menciptakan sejumlah peralatan penting untuk penelitian dan
pengembangan astronomi. Ia berhasil menemukan sekitar tujuh peralatan ilmiah
yang terbilang sangat penting.
Ketujuh peralatan yang diciptakannya itu dituliskannya dalam Risala
fi’l-alat atau Manuskrip tentang Peralatan. Ketujuh alat yang diciptakannya
itu adalah triquetrum, dioptra, perlatan segi tiga, quadran dan sektan,
astrolab serta peralatan asli tentang refleksi.
Selain berjasa mengembangkan fisika dan astronomi, al-Khazimi juga turut
membesarkan ilmu kimia dan biologi. Secara khusus, dia menulis tentang evolusi
dalam kimia dan biologi. Dia membandingkan transmutasi unsur dengan transmutasi
spesies.
Secara khusus, al-Khazini juga meneliti dan menjelaskan definisi
”berat”. Menurut dia, berat merupakan gaya yang inheren dalam tubuh benda-benda
padat yang mnenyebabkan mereka bergerak, dengan sendirinya, dalam suatu garis
lurus terhadap pusat bumi dan terhadap pusat benda itu sendiri. Gaya ini pada
gilirannya akan tergantung dari kerapatan benda yang bersangkutan.
Al-Khazini juga mempunyai gagasan mengenai pengaruh temperatur terhadap
kerapatan, dan tabel-tabel berat spesifiknya umumnya tersusun dengan cermat.
Sebelum Roger Bacon menemukan dan membuktikan suatu hipotesis tentang kerapatan
air saat ia berada dekat pusat bumi, al-Khazini lebih dahulu telah
mendalaminya.
Al-Khazini pun
telah banyak melakukan observasi mengenai kapilaritas dan menggunakan aerometer
untuk kerapatan dan yang berkenaan dengan temperatur zat-zat cair, teori
tentang tuas (pengungkit) serta penggunaan neraca untuk bangunan-bangunan dan
untuk pengukuran waktu.
2.
Tokoh
Dan Ilmuwan Islam Yang Berperan Dalam Perkembangan Fisika
Orang-orang Muslim lebih siap menyerap
tradisi pengetahuan Yunani bersamaan dengan filsafatnya. Astronomi adalah salah
satu ilmu pengetahuan terkuno bagi orang-orang Muslim. Pada awal 750 M,
khalifah Bani Abbasiyah, Harun al-Rashid, telah mendirikan observatorium di
Damaskus, dimana kajian astronomi dan berbagai eksperimen dilakukan. Banyak
ahli astronomi Muslim, seperti Al-Farghani (850 M), A1-Battã-ni (858- ;929 M)
dan Thãbit b. Qurra (826-901 M), berhasil membuat eksperimen, teori dan
pandangan kosmologi Islam lebih maju. A1-Battãni adalah ilmuwan yang dikenal
karena banyak penemuannya dalam teori astronomi ternyata lebih akurat
danipada Ptolemy (pakar astronomi Yunani) yang saat itu dominan. Al-Battãni
mengontrol nilai dalam kemiringan ekliptik (bagian matahari yang nampak jelas
di antara bintang dalam setahun) dan gerakan lambat siang dan malam, jauh lebih
akurat daripada teorinya Ptolemy. Dia juga menemukan bahwa ketidakbundaran
matahari senantiasa berubah. Kira-kira satu abad setelah dua penemuan itu, di
Kairo, Ibnu Yunis (m. 1009 M) menggabungkan dokumen-dokumen penelitian yang
dibuat 200 tahun sebelumnya dan menyiapkannya untuk tabel astronomi Hakimite.
Di tempat lain dalam dunia Muslim, ahli astronomi Iainnya membuat lebih banyak
lagi eksperimen astronomi. Di Spanyol Al-Zarkali (1029-87 M) dan Kordoba
merancang tabel astronomi Toledian pada tahun 1080 M.1 yang memodifikasi skema
Ptolemic tentang cakrawala dengan menganjurkan perbedaan bundar pada atap
‘epicycie’ planet mercuiy. Ekspenmen lainnya dilakukan oleh Ibn Bãjjah
dan Saragossa (m. 1139 M), Abü Bakr dan Granada (m. 1185 M) dan al-Bitruji (m.
1200-an M). Kemajuan orang-orang Muslim dalam bidang astronomi lebih signifikan
dan ini adalah bukti dan banyaknya observatorium yang dikonstruksi oleh dunia
Muslim. Di samping yang telah ada di Damaskus and Baghdad, ada lagi
observatonium terkenal: seperti di Raqqa yang dibangun oleh al-Battãni~ di
Shiraz yang dibangun oleh ‘Abd Ralimãn Al-Sufi; di Hamadãn, yaitu yang dipakai
oleh Ibn Sinai satu lagi di Maragha yang dibangun oleh Hulagu Khan pada tahun
1261 M. dan digunakan oleh Nashr al-Din al-Tusi. Di samping itu ada juga di
Samarkhand yang dibangun oleh Ulugh Beh dimana para ilmuwan seperti: Qadizallah,
Au Qush and Ghiyath at-Din al-Khashani menghasi!kan banyak kajian astronomi dan
eksperimen. Murad, seorang Sultan Utsmaniah juga membangun observatorium di
Istanbul untuk pakar astronomi istana, Taqiyyuddin. Di samping para astronomer
individu tadi, terdapat juga kelompok Ikhwãn al-Safa’ (the Brothers of Purity)
yang mengkompilasi karyakarya ilmiahnya yang dikenal dengan rasa-il ikhwãn
al-Safa’. Dalam karya ini, mereka mengembangkan teori-teori astronomi dan
kosmologi Iamnnya seperti: astrologi, meteorologi, geologi dan geografi.
Kelompok ini, yang identitas sebenarnya masih kontroversial, hidup sekitar
tahun 950-1030 M.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas sehingga dapat disimpulkan bahwa:
1. Kaum muslimin meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan berasal dari
Allah. dan Al-Qur'an merupakan Kalamullah.Pengetahuan tentang zat, energi,
ruang waktu dan interaksi benda-benda di alam ini sering disebut dengan fisika
2. Kontribusi
penting lainnya yang diwariskan al-Khazini dalam bidang fisika adalah kitab Mizan
al-Hikmah atau Balance of Wisdom. Buku yang ditulisnya pada 1121 M
itu mengungkapkan bagian penting fisika Islam. Dalam buku itu, al-Khazini
menjelaskan sacara detail pemikiran dan teori yang diciptakannya tentang
keseimbangan hidrostatika, konstruksi dan kegunaan, serta teori statika atau
ilmu keseimbangan dan hidrostatika.
3.
Ilmuwan
Muslim dari abad ke-12 M itu tak hanya mencetuskan sejumlah teori penting dalam
fisika dan astronomi. Namun, dia juga berhasil menciptakan sejumlah peralatan
penting untuk penelitian dan pengembangan astronomi. Ia berhasil menemukan
sekitar tujuh peralatan ilmiah yang terbilang sangat penting.
B.
SARAN
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat, masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
dari teman-teman maupun rekan-rekan sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Demikian dan terima kasih,
DAFTAR PUSTAKA
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Makalah : SUMBANGAN ISLAM DALAM FISIKA
Ditulis oleh Junari Sape
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://nary-junary.blogspot.com/2013/04/sumbangan-islam-dalam-fisika.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Junari Sape
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar